Ririn Ngeblog

FOBIA

Posted on: 22 October 2011

Setiap orang pasti pernah merasa takut. Ketakutan itu bahkan ada yang berlebih. Nah, ketakutan yg berlebih ini namanya FOBIA. Fobia berasal dari nama dewa Yunani yaitu Phobos. Phobos adalah dewa yg bisa membuat musuh-musuhnya sangat ketakutan. Penderita fobia ini mengenali bahwa ketakutannya tidak mendasar. Berikut ini adalah nama fobia dansumber ketakutannya. Check this out, guys.

Neophobia = Ketakutan akan sesuatu yang baru. Okey. Ini menyeramkan. Berarti kalau mau make sepatu baru atau baju baru, mesti takut dulu gitu ? Kasiaan 😦
Bibliophobia = Ketakutan akan buku. Fobia ini biasa menyerang anak-anak yg takut ke sekolah. Kayaknya saya bisa mati kalau terkena fobia ini, secara saya suka banget sama buku. Hehe
Pedophobia = Ketakutan akan anak-anak. Coba bayangin kalau fobia ini terjadi pada perempuan yang lagi hamil ? (˘_˘”)
Chorophobia = fobia pada dancing. OMG, kebayang donk kalau dia lagi dengerin musik, pasti badannya kaku gitu. Gimana mo nikmatin musik, kalau dia aja takut buat dancing ?
Technophobia = dari namanya aja ketahuan bahwa ini adalah fobia pada teknologi. Kayaknya ini menyerang pada orang-orang tua. Soalnya kalau remaja skarang, mana ada sih yg takut teknologi ? Yg ada kecanduan teknologi, melihat bb, iphone, ipad, handphone berbagai merek, laptop, dan sebagainya bertebaran dimana-mana.
Musophobia = fobia pada TIKUS. Haha. Saya jadi inget temen saya yg fobia pada tikus tapi di rumah kontrakannya banyak tikus. Tiap hari pasti dia jerit-jerit dan lemes. Poor my friend 😦
Atazagoraphobia = takut dilupakan dan diabaikan. Gak kebayang kalau ini terjadi sama orang yang habis putus cinta T.T Pasti hidupnya penuh kegalauan.
Isolophobia = takut akan kesendirian. Okey, ini juga serem. Kalau dia single, trus menderita ini gimana ?

 

Okey, segitu dulu seputar seputir kita kali ini. Semoga kita tidak termasuk orang yg menderita fobia menurut info di atas. Ayo bersyukur kalau kita masih diberikan ketakutan yg normal. Trus, kalau kita kenal atau pernah tau ada yg menderita fobia tertentu, ayo dibantu, setidaknya kita bisa ada disamping orang itu kalau dia lagi jerit-jerit atau merasa gak enak dengan ketakutannya. Dan lebih hebat lagi kalau kita bisa membawanya ke jasa psikolog untuk diterapi. Ciaaooowww dan see you 🙂

 

Sumber : Kring, Johnson, Davison & Neale. (2010). Abnormal Psychology . United States : John Wiley & Sons.

Aku tau ini salah. Aku jatuh. Tepatnya jatuh cinta sama orang yang salah. Entah keadaan atau perasaan ini yang salah. Bisa juga kamu yang salah, atau bisa juga dia yang salah. Entahlah.

Perasaan ini muncul saat aku lagi terpuruk. Perasaan ini justru menyapa saat aku terpuruk karena cinta. Aneh kan. Aku jatuh cinta ketika aku sendiri lagi dipatahkan oleh cinta. Bagaimana bisa ? Aku sendiri tak tahu. Tiba-tiba saja kamu menyapa. Tiba-tiba saja kamu ada.

Kamu tahu saat itu aku lagi terjatuh. Kamu tahu saat itu aku lagi jauh. Tapi kenapa takdir seolah menginginkan kita bertemu ?

Aku tahu saat itu kamu lagi menikmati waktu. Aku tahu saat itu kamu lagi menikmati lagu. Bukan dengan aku. Tapi kenapa takdir seolah menginginkan kita bertemu ?

Kamu dan akupun semakin  berpadu. Kamu dengan segala ambisimu, dan aku dengan segala perasaanku.

Aku tahu ini salah. Aku tahu aku terlalu jauh. Aku tahu aku akan terjatuh. Tapi tak apalah aku terjatuh kalau terjatuh itu malah membuatku bersemu. Sakit memang bila terjatuh, tapi manis. Terkadang antara sakit yang terlalu, kita bisa merasakan kenikmatan yang berlalu. Aneh memang. Dari awal saja aku merasa perasaan ini memang aneh. Keadaan ini memang aneh. Dan kamu memang aneh.

Something happened along the way
Little changes in our game

(MLTR – Home To You)

Suatu waktu, saat takdir sekali lagi mengatur cerita kita, aku dan kamu bersatu. Bersatu yang tak sempurna menurutku. Kenapa begitu ?Harus begitu.  Lalu bagaimana dengan dia yang selalu setia denganmu ? Lalu bagaimana dengan dia yang selalu setia menungguku ? Sepertinya kisah kita harus menunggu.

Aku tak suka menunggu. Kamu tahu itu. Kamupun begitu. Lalu apa ? Saat kita sama-sama tak suka menunggu, kenapa kita harus menunggu. Buang-buang waktu.

Aku tak suka mengkhianati. Kamu paham itu. Tapi kamu tak begitu. Lalu apa ? Saat kita sama-sama tak sepaham, kenapa harus bersatu ? Huh, buang-buang waktu.

Aku tak suka mengingkari. Kamu jelas mengerti itu. Tapi kamu tetap tak mengakhiri. Mengakhiri denganku, setidaknya itu. Lalu apa ? Saat kita tak sepemikiran, kenapa harus diteruskan ? Semakin buang-buang waktu.

Kau berkata padaku, kalau ada yang aku minta, akan kamu berikan. Kalau aku bilang aku minta hatimu ? Apakah kamu mau ? Kamu memang mau, tapi kamu tak mampu. Itu jelas terlihat dimatamu. Aku yakin itu. Dan aku tak bisa memaksamu. Karena aku tak suka memaksa. Memaksa hanya membuat segalanya menjadi berbeda. Menjadi tak alami, menjadi tak pasti.

Kamu berkata padaku, tak bisakah kita terus begini. Begini yang bagaimana yang kau maksud ? Bersama dalam ketidakpastian ? Bersama dalam ketidaknyamanan ? Bagaimana mungkin ? Bagaimana bisa ? Aneh. Kamu memang aneh. Ini semakin salah,  bukan ?

Waktu melaju, kisah kita justru tak menemukan ujungnya. Bercabang-cabang. Jika begini, tapi begitu. Jika begitu, lalu begini. Basi. Yasudah, lebih baik aku pergi. Membawa perasaan ini. Mudah-mudahan terbawa semuanya, tanpa ada yang tertinggal. Tapi aku keliru.

My shattered dreams and broken heart

Are mending on the shelf

…..

I was here, you were there

Guess we never could agree

While the sun shines on you

I need some love to rain on me

….

One last cry, before I leave it all behind

I’ve gotta put you outta my mind this time

Stop living a lie

I know I gotta be strong

Cause round me life goes on and on and on

And on…..

(Justin Timberlake – One Last Cry)

Disaat aku ingin pergi, kamu menahanku. Sekuat tenaga membuatku kembali. Meski aku menolak, kamu masih menarikku. Hingga ku tak berdaya. Pasrah. Mau kamu apa ?

Sekali lagi, takdir menyatukan kita. Aku masih ingat saat kau duduk dengan tenang di kursi itu. Mengabaikan perasaanku. Namun, tetap memintaku disini. Bagaimana bisa, hah ? Dimana perasaanmu ? Terkubur dalam-dalam. Begitu katamu. Aku membatu. Berarti aku tertipu. Bangsat !!!

Lalu kamu anggap aku apa ? Lalu kamu anggap cerita kita apa ? Lalu kamu anggap kenangan kita itu apa ? Bangsat kamu !!!

Malaikat. Itu katamu. Malaikat yang tak mengikat, lebih tepatnya, itu katamu. Aku menunggu kata-katamu yang menggantung. Kamu menenggak habis minuman di botol itu. Cepat selesaikan kalimatmu. Aku menjerit, dalam hati.

Tak ada lanjutan. Hanya itu. Baiklah. Sepertinya aku harus memberitahu sang waktu, bahwa sia-sia aku duduk di kursi ini bersamamu.

“ Kamu pasti mengerti. Malaikat sepertimu tak mungin tak memahami. “ Kamu memandangku tajam. Mata itu. Mata yang sama, sejak dulu. Aku tak jadi pergi. Sekali lagi, memberimu kesempatan. Hanya sekali.

“ Tetap disini, walaupun aku tak bisa memberikan alasan mengapa kamu harus disini. Aku tahu pasti kamu mengerti. “ Kamu memandangku sedih. Aku tak mengerti. Aku tak mengerti apa artinya ini. Bukankah ini salah ? Ketika kamu percaya aku mengerti, justru aku semakin tak memahami.

“ Aku tak suka diikat. Dan kamu satu-satunya orang yang memberikanku kenyamanan tanpa keterikatan. Dan untuk malaikat sepertimu, harusnya kamu mengerti. “ Aku masih tak mengerti. Aku bukan malaikat. Ini salah.

Mata itu, tetap disitu. Kali ini dengan tatapan sendu. Apa maumu ?

“ Aku memang jahat. Tak berperasaan. Hanya ingin bermain-main dengan semua ini. Aku memang makhluk paling egois dan paling logis. Tak tahu namanya luka. Tak tahu namanya perih. Tapi aku masih punya hati. Tapi tak tahu cara menyinari. Bantu aku membuatnya menjadi lebih murni.“

“Jangan pergi. Tetap disini, meski aku tak bisa mengakhiri. Dia butuh kamu, kamu butuh aku, aku butuh kamu dan dia, dia butuh aku. Mereka semua butuh kamu. Aku butuh mereka, Tidakkah kamu mengerti ? “

“ Tak bisakah kita bertahan dengan kenyamanan yang wajar. Tak bisakah semuanya biasa saja, tanpa menyelami hati masing-masing. Tak bisakah kita tak menganggap penting masalah hati dan perasaan ? Demi kebaikan bersama “

Kata-katamu meluncur cepat. Aku menyimak dengan seksama. Berusaha menyerapi makna. Aku memandangmu lama. Mencari arti dari setiap tatapan matamu. Siapa tahu aku menemukan kejujuran. Siapa tahu aku menemukan kejelasan.

Have I found you

Flightless bird, jealous, weeping or lost you

(Iron & Wine – Flightless Bird)

Aku mengerti sekarang. Aku paham. Keputusanku untuk pergi tetaplah yang terbaik. Tapi aku tak akan pergi sepenuhnya. Hanya hati dan perasaanku yang pergi. Tapi aku tetap disini. Seperti katamu, mereka membutuhkanku, kamu butuh mereka, jadi secara tak langsung kamu butuh aku. Dan kamu memang benar, aku paham itu. Kamu berhasil meyakinkanku. Selamat. Tapi kamu juga berhasil membunuh perasaanku. Sekali lagi selamat. Sudah saatnya aku pergi kan ?

There are moments when I don’t know if it’s real
Or if anybody feels the way I feel
I need inspiration
Not just another negotiation

(Hugh Grant& Haley Bennet – Way Back Into Love)

Kamu memandangku lekat-lekat. Masih tak kutemukan apa-apa dimatamu. Semuanya bertambah gelap, disaat mataku menemukan kejelasan. Sudah cukup aku mencari, aku berhenti.

Akupun berlalu. Berlalu dengan senyum. Berusaha menutup masa lalu. Seperti katamu, semua ini hanya sandiwara, semua ini biasa saja. Aku tertawa. Ternyata, ini memang salah.

***

For all those times you stood by me
For all the truth that you made me see
For all the joy you brought to my life
For all the wrong that you made right
For every dream you made come true
For all the love I found in you
I’ll be forever thankful baby
You’re the one who held me up
Never let me fall
You’re the one who saw me through through it all

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn’t speak
You were my eyes when I couldn’t see
You saw the best there was in me
Lifted me up when I couldn’t reach
You gave me faith ’coz you believed
I’m everything I am
Because you loved me

You gave me wings and made me fly
You touched my hand I could touch the sky
I lost my faith, you gave it back to me
You said no star was out of reach
You stood by me and I stood tall
I had your love I had it all
I’m grateful for each day you gave me
Maybe I don’t know that much
But I know this much is true
I was blessed because I was loved by you

You were always there for me
The tender wind that carried me
A light in the dark shining your love into my life
You’ve been my inspiration
Through the lies you were the truth
My world is a better place because of you

I’m everything I am
Because you loved me

(Celine Dion – Because You Love Me)

…………………………….

I love you my angel…

Kisah kita harus menunggu. Semoga kamu tahu, aku mencintaimu

Kamu pergi.

(In memoriam with you)

 

Sabtu malam ini sama aja kayak sabtu malam kemaren kemaren. Dimana gw gak jalan sama pasangan, berdua-duaan, romantis romantisan. Well, buat single girl kayak gw, gak enak banget ngabisin malam minggu sendirian di kamar. Lebih gak enak juga ngabisin waktu buat nonton di luar karna so pasti bioskop-bioskop itu bakal bertebaran muda mudi yang bermanja-manja sana sini. Nanti gw galau lagi ngeliatin pemandangan yang miris *ini namanya iri.

Tapi bukan Ririn namanya kalau diem diem aja tanpa ngelakuin apa-apa. Alhasil, malam minggu kali ini gw putuskan buat nonton konser orkestra simfoni UI. Tadinya gw mo ngajak Wiwik, tapi sahabat gw yang dodol itu lebih memilih bersama tantenya daripada sama gw *jahatt kauu wahoorrr, tunggu pembalasanku. Hehe. Ketawa setan.

Gapapa, gak ada Wiko, Agung dan Panji pun jadi. Dua bodyguard gw ini asik-asik kok buat diajak jalan *halah, bilang aja minta dijagain Rin. Hehe. Yaudah deh, akhirnya malam minggu gw sama mereka berdua nonton konser orkes. Yippiii.

Jam 6 gw cabut dari Depok ke Gambir, soalnya tempat konsernya di gedung RRI. Gw udah wanti-wanti sama Agung dan Panji buat dateng lebih awal, biar kebagian tempat duduk yg enak. Konsernya sih mulai jam stengah 8. Tapi gw agak ragu sama mereka berdua nyampe tepat waktu. Soalnya yg namanya Jakarta, gak ada tuh yg namanya gak macet. Apalagi malam minggu kayak gini. Jalanan pun seakan berlomba-lomba buat ngeramein malam minggu.

Benar dugaan gw. Dua anak itu telat, dengan alasan macet. Gw pun harus nunggu sendiri di lobi RRI. Aarrgghhh. Dassaarrr yaaa. Telat dan macet emang dua hal yang gak akan pernah dipisahkan, seperti mereka berdua, Agung dan Panji. Hiiyyy, kok serem sih.

Konser pun dimulai. Karna gak pengen ngelewatin waktu buat nunggu mereka, gw masuk duluan. Menunggu emang hal yang paling menyebalkan dan membosankan buat gw.

Saat melangkah masuk, lagu Looking Through The Eyes of Love-nya Marvin Hamlisch mengalun, dan menggema di sudut-sudut gedung. Ah, lagunya enak banget. Manis dan romantis. Ah, ini kenapa suasananya mendadak galau. Padahal gw ke konser ini buat menghidari kegalauan dan kerisauan hati. Ternyata oh ternyata, malah semakin bertambah dan membuncah.

Lagu berikutnya pun dimainkan, kali ini Ebony & Ivory karya Paul McCartney. Alunan sendu tapi menggetarkan dengan vokal lembut tapi berisi menghiasi sudut-sudut ruangan. Semakin menambah kegalauan. Kayaknya gw salah tempat buat menghabiskan malam minggu kali ini.

Ditambah lagi, Agung dan Panji belom dateng, dan gw sendiri duduk di kursi, terpana menyaksikan orkestra ini. Yang lain seakan bersembunyi.

Lagu kedua selesai, saatnya lagu ketiga dimainkan. Please, jangan lagu yang menyayat hati donk, bakal mati pingsan nih gw , soalnya kegalauan hati gw sudah di ubun-ubun. Alhamdulillah oy, lagunya Quando Quando yang dimainkan oleh The Proffesor Band dengan dua vokalis nya yang berwajah segar dan energik. The Proffesor Band sendiri isinya para profesor yang sudah cukup umur, namun masih powerful dan hebat memainkan alat musik. Di antara pemainnya, gw cuma kenal Prof Sarlito yang notabene dosen psikologi sosial gw. Lagu Quando Quando pun melejit di hati gw. Perpaduan yang unik antara anak muda yang bersemangat dan orangtua yang hebat. Lagu ini sukses menghibur gw.

Syukurlah, Tuhan emang sayang gw, Agung dan Panji pun dateng, mengusir kesendirian gw. Setelah menyapa plus candaan sana sini yang gak berbobot, kita bertiga pun masuk.

Suasana yang tadinya serba mellow, mendadak ramee. Lagu yang dimainkan pun lagunya Jessie J , Price Tag. Ah, jadi inget masa-masa ngamen bareng anak-anak HPMIG bawain lagu ini.

Selesai Price Tag, lagu-lagu yang dimainkan kembali lagu-lagu Jazz yg membuat orang yg menontonnya terdiam dan terpukau, entah asik menikmati atau mengantuk. Sontak gw mencolek Agung buat ngingetin dia jangan tidur di ruangan ini. Eh si Agung nyeletuk ” please donk, lagu-lagu Indo aja yg dimaenin, ini gw gak ngerti lagunya ”

GUBRAK !!! Oalah, bukan mengantuk atau menikmati, ini si Agung malah gak ngerti. Ckckck. Gw makin ngerasa gw salah tempat buat menghabiskan malam minggu sama mereka berdua.

Si Panji, malah asik mikir buat foto-foto di piano hitam Yamaha yang gagah dan elegan, yang ada di sudut panggung. Omaigot, ini kenapa gak ada yg mikir buat nikmatin atau ngebahas lagunya yaa -___- Ini SALAH.

Gw pun ketawa cekikikan melihat tingkah laku mereka berdua. Ya Allah, semoga orang-orang gak berpikir wong ndeso sama kita. Hihi. Peace Agung, peace Panji :p

Yasudah deh, selama pertunjukkan konser, gw ketawa-ketawa aja membahas apa aja yang lucu dan memalukan sama si Agung Koka. Malahan, saat lagu Can’t Take My Eyes Off You yang dimainkan, kita sempat nyanyi nyanyi dengan suara yg cukup lantang. Hihi. Setelah itu, saat lagu penutupnya, Autumn Leave, dimainkan, gw nanya sama Agung, ini lagu apa yaa ? Kok kayak familiar gitu ya sama lagunya ?

Si Agung menjawab ,” Ini lagu Putri Duyung kalee ”

Wahahaha. Astaga, lagi-lagi gw salah nanya sama orang yg gak ngerti musik dan lagu jazz. Hihihi. Ya ampuun.

Bukan cuma itu kelucuan dan hal-hal memalukan lainnya yg gw dapet sama mereka berdua. Selesai konser berlangsung, mereka langsung foto-foto di piano hitam Yamaha yg sedari tadi mereka incar buat spot foto keren. Ya ampuunn. Semoga saja gak ada orang yg kenal gw. Pura-pura aja gw gak kenal mereka berdua. Kabuurrrrr.

Setelah puas foto-foto dengan gaya sok sokan kayak pianis hebat, si Agung malah ngotot buat foto sama vokalisnya The Proffesor. Untung vokalisnya mau. Dan bukan cuma itu, si Agung sama Panji juga ngotot mau foto sama Prof Sarlito.

GILAAAAA, gw gak mau. Udah cukup gw memaklumi kendesoan mereka, kalau untuk urusan foto sama prof sarlito alias mas ito, gw mikir dua kali. Masalahnya, beliau dosen gw. Dan kalau beliau tahu , gw punya temen kayak mereka berdua, bisa hancur reputasi gw sebagai mahasiswa yang manis dan adem-adem ayem aja. Pokoknya gw gak mauuu. TITIK.

Untunglah Prof Sarlito udah buru-buru balik. Kalau gak, bakalan jadi mangsa dua macan ganas yg narsis banget dan ngotot minta foto. Fyuuhhh. Selamet.

Saat keluar ruangan, gw pikir gak akan ada lagi kegilaan mereka berdua. Eh ternyata, mereka belom puas buat foto-foto. Lagi-lagi mereka minta foto di spanduk besar bertuliskan Big Band Concert Simfoni UI dan minta difotoin sama kakak panitianya. Udah gitu, mintanya dua kali foto pula. Alaamaakkk. Salah apa saya terjebak malam mingguan sama mereka berdua.

Dan tau gak, abis itu, mereka ngajak gw buat ke Bandung tapi pulang besok pagi. Gilaaa ni anak dua. Gw gak mau. Gw besok ada urusan. Pasti akan banyak kedodolan dan kebodohan yg akan gw alamin bareng mereka kalau gw ikuutt.

Aaaa, Agung & Panji. Thank you banget buat malam ini. Thank you banget buat malam minggu yang kelabu. Hihhihi. Kapan-kapan lagi yookkk. Tapi lain kali jangan ndesooo. Haha. Peace, love, and gaoolll

From Jakarta to Depok, dalam perjalanan aku senang :D

Masih ingatkah kamu pertemuan pertama kita dulu ?

Aku yang ingin tahu, kamu yang malu-malu

Aku yang mengingat, kamu yang melihat

Aku yang lama, kamu yang sama

Aku yang terserang, kamu yang terkenang

Masih ingatkah kamu pertengkaran pertama kita dulu ?

Aku yang marah, kamu yang pasrah

Aku yang menangis, kamu yang miris

Aku yang khilaf, kamu yang minta maaf

Aku yang merajuk, kamu yang membujuk

Masih ingatkah kamu perpisahan pertama kita dulu ?

Aku diam, kamu pendam

Aku sedih, kamu perih

Aku rindu, kamu sendu

Aku mengaduh, kamu merengkuh

Dan kini, masih ingatkah kamu ?

Tentang aku yg kelelahan, kamu yang menahan

Tentang aku yg bosan, kamu yang kerasan

Tentang aku yg bertahan, kamu yang melepaskan

Tentang aku yg pergi, kamu yg kembali

Masih ingatkah kamu ?

Tentang kita dan waktu

Tentang waktu dan kamu

Tentang kamu dan aku

i miss you

Riak genangan air itu membekas
Menyisakan kenangan pada hujan sore itu
Langkah kaki terlepas
Menyisakan kepergian pada hujan sore itu

Satu demi satu tetesan itu berkumpul
Mengupas luka, menghempas lara
Satu demi satu tetesan itu merembes
Menyerap rasa, menyerap makna

Hujan sore itu

Tags: ,

Kala

Posted on: 26 September 2011

Dini menyapa, tertawa-tawa
Menanyakan asa yg terbawa
Bola cahaya meraksasa
Percikan itu membahana

Di sudut dunia, aku terjaga
Menyaksikan malam merindu siang, siang merindu malam

Di perbatasan cahaya
aku mengejar kunang-kunang
Sia-sia, terang bertambah menyulam alam

Aku berlari menebas jalan
Mengharap percikan
Mencari harapan
Bukan khayalan

Aku kelelahan….

(Depok, 03 : 58 , 27 September 2011, kala alam menyala )

Secercah perasaan yang tak bisa kusebut apa
Entah rindu, entah pilu
Aku dan kamu

Setitik pengharapan yang tak bisa kusebut mengapa
Entah sendu , entah mengharu biru
Aku dan kamu

Sehelai jarak yang tak bisa kuuraikan, bagaimana
Entah jauh, entah menyatu
Aku dan kamu

Segenggam kenangan yang tak bisa kucari dimana
Entah terjatuh, entah mengaduh
Aku dan kamu

(Depok, 21 September 2011 : Dalam bisu aku ingin bertemu)

aku dan kamu, yang tak ku tahu

Dalam angkot ini, aku bersama orang tua terjebak di keramaian kota. Aku dengan dandanan biasa, dan mereka dgn pakaian kondangan berenda. Di antara 3 ibu tua dan 2 bapak tua, ada yg paling tua, ibu tetua namanya. Berjilbab putih , berbaju kembang merah, kontras dengan wajah.

 

Wajah Ibu tetua dulu sepertinya cantik. Matanya cokelat, hidungnya mancung. Tapi rautnya sepi. Mulutnya sunyi. Sesaat, mulut sunyi itu komat-komit. Bismillah bismillah. Itu katanya.

 

Melihat ibu tetua, terbayang sudah wajah nenek, yg menumbuk segenggam kacang di rumah. Seperti inikah rasanya ? Menjadi tua ?

 

Tiba-tiba ibu tetua bercerita pd ibu disamping, anaknya dulu kuliah di Jakarta, kerja di Jakarta, nikah di Jakarta. Makanya ia ke Jakarta. Sampai di Jakarta, berharap bahagia bersama anaknya. Tapi dia dititipkan di panti werda. Untuk sementara, begitu kata anaknya. Sementara yang akan menjadi selamanya, begitu kata ibu tetua. Berusaha mengerti, tapi tak memahami.

 

Kata ibu tetua pada ibu disampingnya, ternyata ia bahagia di panti werda, tapi rindu pada anaknya itu semestinya lebih bahagia. Kemudian mulut itu sunyi lagi. Mata itu sendu lagi. Rindunya selesai. Seperti itukah menjadi tua ? Harusnya bahagia.

 

Akupun berganti angkot. Berharap menemukan cerita lain, lebih bahagia. Alhamdulillah, angkot ini isinya anak-anak. Dunia anak kan berwarna.

 

Sedang asik memperhatikan tingkah anak-anak, masuk pengamen. Bernyanyi ” Kau jaga slalu si gendut, tunggu aku kembali ”

Aku mengernyit. Kenapa liriknya jaga slalu si gendut ? anak itu memang kurus. apakah secara tak sadar dia ingin menjadi gendut ?

 

Selesai bernyanyi, dia mengulurkan tangan, mengambil amplop yang sebelumnya dibagi-bagi. Diraba, dibuka, dan dicermati. Ternyata amplopnya sebagian besar tak berisi. Dia kecewa sejadi-sejadi. Dihempaskannya amplop ke jalan, membuang ladang rezeki, basi.

 

Anak itu kemudian duduk menatap penumpang, termasuk aku. ” Kasih donk, kak. Kasih donk. KASIH DONK ” . Dia memaksa, antara pasrah dan marah. Semua diam bergeming. Termasuk aku, mengamati. Anak itupun pergi. Meloncat lirih. Masih dengan tampang marah.

 

Seperti itukah ? Menjadi anak-anak ? Sudah mengenal marah dan kecewa yg parah ? Hatiku gerah.

 

Ataukah, seperti inilah Jakarta ?

 

” Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan ” alunan lagu dari angkot ini mengejekku.

 

Ya, inilah Jakarta. Mendadak aku ingin pulang. Mencari bahagia.

 

– Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Depok, 18 September 2011, ketika bahagia itu harus dicari, bukan menghampiri –

 

Sebuah perjalanan dan cerita di Tapaluluo, harapan yang terasing (PART 3)

Tak mudah melalui jalan yang akan kami lewati ke Tapaluluo. Jalan berbatu, berliku, dan naik turun, dengan tebing dan jurang di kanan kiri jalan, dan matahari yang bersinar terik kontras dengan udara alam bebas yang sejuk dan dingin, tiga sungai kecil yang jernih, lengkap sudah menghiasi perjuangan kami pada siang itu. Rasa lapar dan haus di tengah hari ini berusaha kami indahkan dan kami nikmati.

Sepeda-sepeda motor kami terombang-ambing di jalan berbatu dan berdebu. Kami melaju beriringan dengan pola zig-zag, menghindari loncatan batu dan semburan debu yg ditimbulkan sepeda motor di depan. Insiden “terjatuh” dari motor yang cukup dramatis mewarnai perjalanan ini. Aku dan Anggie, dua Srikandi tangguh, termasuk korban yang jatuh dari peraduannya.

Aku yang dibonceng Kak Vicky, ambruk dengan caranya yang unik. Aku dan Kak Vicky begitu gembira menikmati euphoria perjalanan, apalagi ketika kami hampir berhasil melewati sungai yang pertama, yang jalannya seperti menapaki mangkok cekung. Sedikit lagi kami mencapai puncak, sedikit lagi kami mencapai batas cekung dengan jalan yang lurus, tiba-tiba kami tertarik gaya gravitasi. Bukan main ! Sepeda motor kami turun dengan kecepatan yang pelan tapi pasti. Aku dan Kak Vicky pun terjatuh. Kak Vicky jatuh ke sebelah kanan motor, dan aku ke sebelah kiri. Jatuh yang sangat ironi dan gak kompak, berlawanan arah, persis formasi dancing anak SD pada abad 21.  Bagaimana mungkin sepeda motor kami yang melaju pasti menanjaki jalan, tiba-tiba turun ke arah sungai, seakan memanggil-manggil kami untuk mandi ? Ah, bagiku ini menunjukkan bahwa ketika sedikit lagi kita mencapai puncak, setidaknya minimal kita harus gagal sekali untuk membuat puncaknya lebih sempurna, aku berteori.

Melihat aku dan Kak Vikcy yang terjatuh, Kak Eca yang berada di belakang kami yang berniat menolong kami juga ikut terjatuh. Motor Kak Eca juga oleng sebelum mencapai puncak, dan bahkan sebelum menolong kami. Sekali lagi teoriku terbukti. Selamatkanlah dulu dirimu sendiri, sebelum menyelamatkan orang lain, agar kamu dan orang lain itu juga ikut selamat, aku berteori lagi.

Beras satu liter lebih dan telur satu butir yang dengan senang hati aku bawa dari rumah bertebaran di sekitarku diakibatkan plastik yang menampungnya tak cukup kuat untuk membuat beras dan telur itu menjadi santapan lezat saat buka puasa nanti. Anehnya, saat bangun dari tempatku terjatuh, aku merasakan sensasi yang luar biasa , yang mengaktifkan sel-sel otakku untuk melepaskan endorphin. Aku senang luar biasa, tertawa sejadi-jadinya. Bukan maksud menertawakan Kak Vicky yang terlihat panik dan kesakitan, bukan pula bermaksud menertawakan niat baik Kak Eca yang tak kesampaian, tapi dalam penglihatanku perjuangan ke Tapaluluo ini menjadi sangat indah. Dahsyat ! Pada hal-hal tertentu, terjatuh bisa menjadi hal yang sangat indah.

Kamipun melanjutkan perjalanan dan berhasil menyusul rombongan lainnya yang sudah jauh di depan. Akupun dipindahkan ke ojek motor yang kami sewa, sedangkan kak Vicky dibonceng senior yang lain. Mendengar ceritaku, kami mengatur formasi lagi. Mereka sepakat, para Srikandi harus bersama orang yang sudah professional melalui jalan ini, yaitu panitia yang sudah survey sebelumnya dan abang-abang ojek yang kami sewa.

Bersama abang ojek, aku menikmati perjalanan ini. Tarikan gasnya yang tepat, kadang pelan seakan menyuruhku meresapi alam, kadang cepat seakan menyuruhku untuk berkenalan dengan angin yang mengibar-ngibarkan rambutku, sekali lagi membuat euphoriaku bertambah parah.Yihaa, EUREKA !!  Dalam perjalanan aku senyum-senyum dan tertawa-tawa, seperti orang gila. Memori abang ojek yang kuat tentang kondisi jalan, pengetahuannya yang luas tentang liku-liku jalan dan cara menghindari batu-batu yang menghadang, membuatku selamat sampai Tapaluluo.  Seperti kata Kak Awal padaku, di tangan pembawa motor, nyawamu ini sedang dititipkan, dan ditangan tukang ojek inilah nyawaku ini dijaga dengan baik.

Ternyata masalah terjatuh dari perjuangan dalam perjalanan ini sederhana saja, titipkanlah saja hati dan pikiranmu pada joki yang tepat, maka kamu akan selamat dan tak akan berakhir sia-sia. Sesederhana itu.

Dalam perjalanan ini hatiku ditampar untuk lebih melihat peran orang lain yang selama ini kita abaikan. Dalam hal ini, hatiku ditampar untuk lebih menghargai tukang ojek, khususnya ojek yang membawa kami ke Tapaluluo. Mereka-mereka inilah yang rutin membawa manusia-manusia keluar masuk Tapalulo, entah itu membawa warga Tapaluluo ke pasar, atau membawa warga di luar Tapaluluo seperti kami ini untuk berkunjung. Menurutku, mereka adalah pejuang kelas satu. Mereka membawa harapan Tapaluluo yang sederhana menjadi harapan yang lebih maju, dan ditangan mereka pula harapan warga Tapaluluo dihampiri pemuda bersemangat seperti kami. Sungguh pekerjaan yang mulia menurutku.

Sebuah perjalanan dan cerita di Tapaluluo, sebuah harapan yang terasing (PART 2)

 

SRIKANDI, begtulah sebutan kak Tomy untuk kami. Wanita-wanita bersemangat tinggi, begitulah sebutanku untuk kami. Ternyata bukan cuma aku dan Vira yang menjadi wanita dalam rombongan kali ada, ada Anggi dan Isni yang turut menggenapi.

Bagiku, kami berempat adalah wanita-wanita yang mewakili simbol alam semesta. Air, api, tanah, dan udara. Vira mewakili simbol tanah, begitu membumi dan mumpuni, dengan taktis dan kerendahan dirinya Vira disukai ibu-ibu dan anak-anak Tapaluluo dengan candaannya yang ringan. Isni mewaikili simbol air, tenang, lembut dan diterima, dengan gerakannya yang pasti, Isni menjadi sangat diterima oleh ibu-ibu Tapaluluo dalam membantu urusan rumah tangga dan konsumsi. Aku melambangkan api, bersemangat, cepat, dan lincah kesana kemari persis seperti nyala api yang meliuk-liuk, dan tentu saja kehadiranku cepat diterima anak-anak kecil yang memang lincah dan suka berlari. Anggie seperti udara, bebas kemana saja, menyelip dimana saja, dan dibutuhkan, semuanya bisa beradaptasi dengannya. Semua elemen itu penting dan dibutuhkan, persis seperti kehadiran kami.

Kami dinamai ummi, bunda, ibu dan mimi oleh anak-anak kecil di Tapaluluo. Dan semua itu berarti satu, yaitu ibu. Kami adalah ibu bagi Negara ini, bagi Gorontalo, bagi HPMIG, bagi Tapaluluo, dan bagi anak-anak kami sendiri nantinya. Dan kami berharap dengan semangat kami, akan terlahir semangat-semangat tinggi lainnya untuk membangun negeri ini.

Kami memang cuma berempat. Tapi kehadiran kami sangat berarti. Kami menghadirkan nuansa kelembutan sekaligus ketangguhan dalam pengalaman kali ini. Kenapa cuma empat ? Apakah angka ini seiring dengan jumlah pejuang dan pemimpin perempuan yang terbilang sedikit ? Ataukah angka ini terkait dengan fungsi perempuan yang hanya melengkapi ? Bagiku angka empat ini bukan simbol diskriminasi terhadap kaum kami, tapi angka ini adalah awal semangat kami untuk berkontribusi pada daerah dan negara yang sangat kami cintai. Harapan kami tidak muluk, cukup dengan kehadiran kami yang memberikan warna bagi orang lain dan memancarkan cinta. Kalau menurutku , sebutan Kartini dan Srikandi masa kini akan kami sematkan dalam hati agar semangat kami tetap terpatri.

HIDUP SRIKANDI !! HIDUP Ummi, Bunda, Ibu, dan Mimi .^^.

Kak Tommy (Ketua Umum HPMIG) & SRIKANDI. yeaayyy

Vira. Tanah. Ummi

Isni. Air. Ibu

Ririn. Api. Bunda

Anggi. Udara. Mimi

This is me .^^.

HALO , ini Ririn. Mahasiswa Psikologi UI 2009. Asal GORONTALO. Senang menulis, berkhayal, tertawa, menertawakan kekonyolan, bergadang, makan, tidur. Kisah-kisahku, keluarga, teman-teman, guru, dosen, hewan-hewan, orang tak dikenal dan makhluk tak dikenal sekaligus ada disini. Ada yang konyol bikin tolol, ada yang seru bikin terharu, ada yang sedih bikin perih,ada yang gembira bikin ceria, tapi tetep inspiratif dan bermakna. So, Enjoy it .^^.

Kalender

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Categories

Blog Stats

  • 16,611 visitors