Ririn Ngeblog

Archive for the ‘sehari-hari’ Category

Monggo semuanya diklik linknya https://www.uber.com/invite/622xgy4xue
Atau bisa juga download aplikasi Uber di Play Store kamu, terus daftar dengan cara pilihan pembayaran bisa tunai atau pakai credit card. Setelah daftar buku menu di lolom kiri atas. Pilih menu PROMOSI, klik TAMBAH KODE PROMO, ketik 622xgy4xue .
SELAMAT kamu dapet tumpangan gratis dari Uber. Aplikasi online untuk pesen mobil. Kemana-mana aman dan praktis. Love it.

Gunakan kode promo Uber, 622xgy4xue, & dapatkan potongan Rp75.000 utk tumpangan pertama. Tukarkan di https://www.uber.com/invite/622xgy4xue

Di suatu pagi yg cerewet dan hangat. Mama dan anak membahas jodoh dan kehidupan.

Mama : Emang Ririn ngerasa hidup senang yaaa?
Ririn : Alhamdulillah senang donk Mama. Walaupun hidup kita kadang gak senang-senang melulu, kadang susah, ada musibah, gak ada uang, dll Rin tetap senang.
Mama : Alhamdulillah
*kemudian Mama senyum-senyum sendiri*

*Dalam hati Ririn* Gimana gak senang Mama, banyak banget nikmat yang Allah beri untuk Ririn yang harus Rin syukuri dari keluarga ini, setiap hari. Mulai dari Papa yg baik banget (selalu berusaha memenuhi kebutuhan Ririn), Mama yang sangat perhatian, pemaaf, dan lembut. Papa dan Mama yg tidak pemilih tentang calon imam Ririn nanti.

Dan pagi ini, salah satu nikmat-Nya adalah ngeliat Mama masih hidup dan senyum-senyum cantik di depan Ririn.

Karena hidup terlalu sombong kalau tidak mensyukuri.

image

Maka nikmat Tuhan manakah yg engkau dustakan?

Need To Talk

Posted on: 7 May 2012

Hey, I need to talk.

Pasti kamu ngerti kemana arah pembicaraan kita. Sebenarnya saya gak akan ngobrol sama kamu, sebelum dia ngomong duluan sama kamu, karena seperti katanya, dia itu jembatan untuk kita berdua. Tapi ya kamu tahu sendiri, saya orangnya paling gak bisa nahan-nahan sesuatu kalau emang ada yang perlu dibicarakan. Dan menurut saya, jembatan untuk masalah kita berdua ya harus kita berdua sendiri.

Sebenarnya gak usah kita pungkiri kalau hubungan komunikasi kita agak memburuk, bukan agak, tapi mungkin memang sudah memburuk. Dan dari bentuk bentuk komunikasi kita sebelumnya, saya rasa ini adalah yang paling parah. Kita saling menuntut, saling menuding, saling menyalahkan, saling meminta tanggung jawab, atau mungkin saling membenci.

Saya yang ngerasa benar-benar sibuk dan meminta komitmen kamu, tapi komitmen itu tidak saya dapatkan.  Kamu yang juga semakin sibuk, dan minta pengertian saya, tapi itu juga tidak kamu dapatkan dari saya. Akhirnya kita benar-benar tidak saling sepaham. Padahal hubungan kita adalah hubungan yang krusial.

Jujur, ketika kamu menanyakan dimana komitmen dan pengertian saya, menurut saya hal itu masih ada. Masih sama , walaupun tidak utuh. Jujur, saya senang berada di tengah-tengah cerita kehidupan kamu. Bagi saya , cerita kamu sudah membawa angin segar yang tidak bisa saya namakan apa dalam kehidupan saya. Angin segar itu berhembus kak, hidup, menyejukkan orang yang ada didalamnya, dan membuat nyaman. Walaupun, antara kita dan yang lainnya benar-benar beda dan unik, tapi saya senang berada didalamnya.  Saya senang berada dalam proses itu.

Ngomong-ngomong masalah yang pernah terjadi antara kita berdua , menurut saya, dari semuanya, entah kenapa saya sering sekali ada masalah dengan kamu. Entah masaah hati, ataupun masalah profesionalisme. Tapi saya rasa itu sudah selesai kan ? Waktu itu kita sudah membicarakannya berdua, mencari jalan terbaik dari masalah itu. Dan menurut saya, ketika kita sudah berunding, mau membicarakan masalah kita secara gamblang dengan menyingkirkan ego dan perasaan masing-masing, ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik. Saat itu putusan yang saya ambil adalah saya masih tetap mau mencoba untuk menjadi bagian dari cerita kamu dan ingin mencoba semuanya kembali berjalan normal. Walaupun saya sendiri tidak yakin, apakah semuanya akan ‘biasa’ dan ‘normal’ lagi.

Saya sudah berusaha biasa. Saya benar-benar berusaha. Saat itu saya berjuang dengan perasaan saya sendiri, yaitu perasaan yang menyatakan kalau saya suka sama kau. Tapi itu semua saya singkirkan jauh-jauh. Demi kamu. Demi hubungan kamu dan dia. Saya benar-benar berusaha untuk menyingkirkan perasaan itu. Dan saya berhasil. Saya telah sampai pada kesimpulan bahwa perasaan saya sama kamu itu cuma sementara. Karena saya tipikal orang yang seperti itu, tipikal yang mudah jatuh cinta kalau orang bilang, tapi kalau menurut saya itu hanya bentuk dari bagaimana saya senang merasa nyaman dengan orang lain. Dan bagi saya, itu bukan jatuh cinta, bukan jatuh cinta seperti yang kamu bilang sama orang-orang kalau sepertinya saya jatuh cinta sedemikian rupa sama kamu. Saya rasa belum. Karena konsep jatuh cinta saya berbeda. Bukan seperti itu. Dan akan lebih panjang lagi kalau saya jelasin.

Dan ketika saya sampai pada kesimpulan bahwa perasaan saya sama kamu cuma sementara, saya berhasil untuk bersikap biasa.  Yah, walaupun ada-ada saja masalah yang datang. Saya sempat labil dan marah sama kamu karena hal-hal sepele dan gak seharusnya. Saat itu saya tidak bisa mengerti. Wajar saya kesal.

Tapi saya sedih, seberapapun kedekatan kita berdua, masih ada gap antara kita yang tidak pernah saya tahu bentuknya. Gap ini tidak ada sangkut pautnya dengan masalah hati, mungkin. Hal ini bisa dilihat dari cara kamu untuk mengutarakan sesuatu masih belum bebas, masih banyak dipengaruhi ini itu, yang saya sendiri tidak tahu ini itu apa. Saya harap di lain kesempatan kamu mau membicarakan ini dengan saya, layaknya kamu berbicara dengan seorang teman yang bisa membuat kamu nyaman. Saya janji kamu bisa bebas menceritakan semuanya sama saya. Kamu boleh mencaci dan memaki, saya siap mendengarkannya dengan tulus, asal itu semua bisa membuat kamu lega dan bisa membuat kamu melihat diri kamu ke dalam seutuhnya, tanpa perlu khawatir dan takut. Saya janji hanya akan mendengarkan kamu tanpa menghakimi bahwa ini harusnya gak gitu, itu harusnya gak gini. Dan saya rasa untuk segala kenyamanan itu, tidak apa-apa saya meluangkan waktu untuk kamu. Karena tidak ada yang lebih nyaman selain merasa nyaman dengan diri sendiri dan orang lain. Tidak ada yang lebih nyaman selain kenyamanan itu sendiri 🙂

Maaf kalau saya lancang ngomong kayak gini sama kamu. Maaf kalau saya tidak bisa jadi teman yang baik dan ideal buat kamu, maaf kalau saya tidak bisa ada saat kamu butuhkan, tapi satu yang harus kamu tahu, saya peduli dengan kamu, saya peduli dengan hubungan ini. Makanya saya ngajak ngomong kayak gini biar masalahnya tidak mengambang.

Jadi, jika kamu masih bersikeras untuk menjauh, I don’t mind , asal itu bisa membuat kamu nyaman, asal itu bisa mengurangi beban kamu, asal itu bisa membuat kamu lebih bebas. Seperti yang selalu saya bilang, saya lebih milih leave it, jika leave itu baik untuk orang lain. Terkesannya memang saya sok sok berkorban, tapi jika memang cuma dengan cara itu kamu senang dan bahagia, saya akan lakukan cara itu apapun konsekuensinya. I always believe ini you, apapun dan bagaimanapun caranya.

Makasih ya , sudah ngajarin saya segala hal dan banyak hal. Dan tidak ada yang lebih penting bagi saya selain sesuatu yang kamu berikan itu bisa memberikan pengaruh bagi saya, sehingga saya bisa bersikap dewasa seperti ini.

Sukses selalu.

Dari semua yang sudah saya tuliskan, pertanyaannya adalah, maukah kita sama-sama saling percaya lagi untuk memulai ini dari awal ? bukan rasa percaya yang dulu dengan dibatasi ini dan itu, tapi kepercayaan yang dilandasi dengan hubungan yang berasaskan kenyamanan ?

Tos dan bersulang untuk kenyamanan itu J

Hari Minggu, hari rindu sewindu. Hari minggu seperti ini biasanya saya bersantai di beranda. Menikmati kopi dan dunia yang terbentang di balik kaca jendela, adalah rutinitas saya pada hari minggu. Dia sedang apa ya disana ?

Selalu begitu, selalu begitu pada hari minggu. Hari rindu sewindu, dimana saya lebih sering memikirkan dia. Yaa, beginilah kalau saya hanya berdiam diri tanpa ada yang menemani. Berbeda dengan hari-hari biasa dimana pikiran saya pasti tersita dengan tugas-tugas kuliah. Pada hari minggu ini saya menikmati, meresapi, dan menelan mentah-mentah rasa ini, seperti minum secangkir kopi.

Semangat, Rin. Hampa melulu hidupnya. Jangan galau.

Aku tersenyum membaca pesan dia. Ah, si jelek itu. Selalu tahu menebak perasaan saya, selalu tahu mengembalikan semangat saya, selalu bisa membuat saya tertawa. Ah, seandainya kamu adalah dia. Pasti saat ini saya bahagia. Tapi kamu bukan dia . Sedih yang sejenak menghampiri, cepat-cepat saya hapus dengan balasan pesan singkat buat dia.

Makaih ya kak sudah membuat Rin ketawa dan ceria. Kamu selalu menghibur Rin kalau lagi bad mood, sedih, dan sendu kayak gini. Makasih ya sudah membuat Rin nyaman J

PS : Untuk Kamu yang bisa berubah menjadi Dia, seiring berjalannya waktu. Terimakasih.

 

Apa kabar Gorontalo ?
Apa kabar kenangan pada puluhan kilo ?

Malam ini saya memutar kembali semua kenangan. Malam ini saya rindu kampung halaman. Mendadak saya ingin pulang.

Sudah berapa lama saya tidak pulang ?

Malam ini saya teringat Danau Limboto yang sayup-sayup hilang dan mengering digerus waktu. Sama seperti kenangan saya yang perlahan mati kutu.

Saat ini saya terkenang Benteng Otanaha yang semakin kuat dan menua dihempas zaman. Sama seperti kenangan saya yang lamat-lamat menua dalam ingatan.

Kemudian saya terperanjat pada Hutan Nantu yang hadirnya bagai ratu. Sama seperti dia yang keberadaannya perlahan menjadi batu.

Lalu saya berjalan menyusuri Pantai Leato, menikmati setiap sentuhan pasir putih dan karang kering. Sama seperti menyusuri pikiran saya saat ini yang letih dan tersaring.

Sampai di tengah kota, saya terperangah pada Masjid Baiturrahim dan Baiturrahman yang menawan. Sama seperti dia yang menghangatkan dan membuat nyaman.

Lalu saya berteduh di bawah Menara Keagungan yang tegak menjulang membelah angkasa. Seperti kenangan ini yang tiba-tiba membawa asa dan mengudarakan rasa.

Terakhir, saya menepi di sudut Taman Kota, menikmati dan meresapi bunga dan rumput-rumput liar yang menghiasi. Sama seperti hati ini yang tak pernah lelah mengasihi.

~

Sudah berapa lamakah saya tidak pulang ?

Ah, saya rindu kampung halaman. Sama seperti saya rindu dia dan kenangan.

Dan, mendadak saya ingin pulang.

(Depok, 17 Februari 2012)

Posted with WordPress for BlackBerry.

Tadi saya baru dapet semangkok bubur kacang ijo. Makasih yaa buat yang udah ngebeliin 🙂 Makasih buat perhatiannya 🙂

Cuma semangkok bubur kacang ijo. Tapi kenapa saya dibuat nyesek yaa sama perhatiannya. Kamu harusnya gak usah repot-repot.

” Aku gak ngerepotin. Sekarang kamu makan aja yaa kacang ijonya. Gak usah nyesek kayak gitu. Ini cuma semangkok kan ? ”

Bagi saya semangkok itu berarti banyak. Semangkok itu cukup buat ngungkapin smuanya. Selama ini saya kayak orang bego yg gak nyadar. Makanya nyesek. Pengennya saya gak mau makan kacang ijo ini. Tapi kamu bilang, dimakan yaa. Kan cuma semangkok. Tapi bagi saya semangkok itu berarti.

Semangkok kacang ijo yg ngajarin saya buat berhenti. Buat berhenti mengejar. Saatnya saya fokus pada semangkok kacang ijo ini, dan kamu.

Sekali lagi makasih buat yg ngebeliin semangkok kacang ijo. Semoga besok kita akan lebih banyak menghabiskan bermangkok-mangko kacang ijo. Semoga sekali lagi kamu dan semangkok kacang ijo ini yang terus-terusan menyadarkan saya bahwa saya harus berhenti untuk berlari dan sejenak menikmati hari. Bersama kamu dan semangkok kacang ijo.

Semoga :’)

PS : Makasih untuk kamu. Malam ini cukup mengejutkan 🙂

Posted with WordPress for BlackBerry.

Aku tahu. Aku tahu sesuatu.

Tak apa jika kau tak mau tahu tentang kabarku. Tak apa jika kau tak tahu dengan kegiatanku. Tak apa jika kau tak mengerti dengan perasaanku. Yang paling penting, aku tahu ternyata kau membutuhkanku. Dan aku senang karenanya.

Aku senang bisa melumpuhkanmu begitu. Aku senang bisa mematikan egomu. Aku senang bisa membuatmu frustrasi karenaku. Aku senang bisa membuatmu kacau.

Walau kamu tak menyadari, bahwa betapa kamu tidak bisa jika tak sedikitpun berhubungan denganku, aku tetap senang karenanya.

Selamat.

Untuk hati yang tak menyadari, untuk jiwa yang mengingkari.

Selamat berlari.

Posted with WordPress for BlackBerry.

Perempuan itu tidak benar-benar tidur dalam dekapan laki-laki di sebelahnya. Sesekali matanya membuka, menyiratkan rasa takut. Takut yang malu-malu. Barangkali takut ketahuan. Ketahuan bahwa dirinya merasa nyaman, dalam dekapan.

Laki-laki itu tidak benar-benar cuek dalam memeluk perempuan disebelahnya. Matanya memang menyiratkan ketidakpedulian. Tapi gerak tubuhnya berbicara lain. Tangan yang kokoh yang senantiasa menyanggah tubuh sang perempuan. Dada yang tegap tetapi rileks yang tetap dijaga agar perempuannya tidak terganggu dalam tidurnya. Serta tangan yang lain yang melindungi tas cewek dan benda yang dibawanya.
Dan senyum itu, senyum yang tulus yang menyiratkan perlindungan.

Sesekali cewek itu menggeliat dalam dekapan. Dan tebak apa yang dilakukan si cowok ?
Tangannya, tangan yang menyangga tiang kereta, serta merta dilepaskan dan mengusap-usap kepala cewek, mengguratkan kasih sayang dan perlindungan.

What a wonderful love, hah ?

Dan tepat di depan mereka saya berdiri, menyaksikan semuanya. Takut-takut, malu-malu, dan bahagia. Takut kalau kehadiran saya mengganggu bahasa cinta mereka. Malu-malu karena saya dengan sengaja melanggar batas mereka untuk sekedar membaur bersama cinta mereka. Bahagia karena, memang begitulah seharusnya cinta.

PS : Banyak kata-kata di dalam kereta menuju Jakarta 🙂

Posted with WordPress for BlackBerry.

Tags: ,

semua orang di kota ini berwajah lelah dan tua (saya)

Hari ini saya ke Jakarta. Menyusuri kereta, menjajaki transportasi kota, menjelajahi pinggiran Jakarta.

Sungguh Jakarta yang kutemui siang tadi bukan Jakarta yang sama dan biasa aku jumpai pada hari sebelumnya. Jakarta tadi berbeda.

Tak ada lagi bangunan megah, tak ada lagi mall mewah. Semua kasat mata. Yang ada hanyalah rumah-rumah kecil berdempetan, yang ada hanya rumah kumuh dan sungai kotor yang berdekatan.

Tak ada lagi orang-orang kaya atau berlagak kaya, berdasi dan bersepatu. Yang ada hanyalah orang dewasa dan anak kecil yang mengeluh dan penuh debu.

Semua orang di kota ini sepertinya terlalu kuat bertahan yaa. Ada yang bertahan dengan kemegahannya, ada pula yang bertahan dengan keterpurukannya.

Siang tadi aku melihat Jakarta dari kacamata yang berbeda. Kehidupan Jakarta ekstrim kiri dan kanan. Tapi sepertinya di mata mereka semuanya merata. Terdistribusi normal. Tampak biasa saja.

Sayakah yang tidak mengerti Jakarta ataukah Jakarta yang sudah terlalu mengerti dengan dirinya sendiri ?

Posted with WordPress for BlackBerry.

Just follow your heart, when its hard -my self-

 

Saya menatap lurus ke layar komputer, lekat-lekat. Penat. Duh, rasanya ingin segera kabur dari tempat ini, cepat-cepat. Tapi saya tak bisa.

Bukan karena saya dikunci dan terisolasi dari tempat ini. Bukan karena saya tersesat dan tak menemukan jalan keluar dari sini, bukan bukan. Saya juga sama sekali tidak terjebak dalam ruang hampa udara, ini apa lagi. Lalu apa donk ?

Saya terjebak dalam tugas psikologi konsumen. Saya tersesat di dunia maya berkelana dengan jurnal-jurnal psikologi konsumen, produk-produk penjualan, dan situs-situs lainnya terkait dengan tugas saya.  Ya , saya sedang berusaha menjadi mahasiswa yang baik. Saya sedang mencari bahan untuk tugas essay saya. Dan parahnya lagi, saya mengerjakan semuanya di warnet *duh . Dan lebih parahnya lagi, warnetnya sunyi senyap, remang-remang hanya ada saya dan mas-mas penjaga, dengan komputer yang super duper lemoottt. Hiks.

Tak ada lagi internet super cepat, tak ada lagi tempat yang nyaman di kamar saya, tak ada lagi lagu-lagu keren dan sweet di winamp saya. Semua itu karena laptop saya ngambek, setelah 3 tahun mengalami penganiyaan dan ketidakberperilaptopan yang saya lakukan padanya. Si lapii membalas saya dengan cukup kejam dan hukuman yang berat, LCD laptop saya mati, rusak parah, tak berfungsi. Padahal layar laptop adalah hardware terpenting selain keyboard yang harus dimiliki semua laptop, komputer dan sejenisnya. Hiks T.T

Dan asal kalian tahu, setelah 5 jam berkutat di depan komputer lemot ini, saya tak menemukan ide apa-apa untuk essay saya, saya belum menuliskan satu katapun untuk essay saya. Stuck. Saya stuck. Pikiran saya mati, tak berfungsi, sama seperti layar si lappiii.

3 bungkus lolipop, 1 bungkus cokelat, dan 5 bungkus permen kopi, sudah saya lumat, habis tak bersisa. Lalu saya harus bagaimana ? Tugasnya ini bagaimana ? Idenya belum ada. Kenapa ? Aaaa, biarkan sajalah. Saya kembali menatap layar komputer hampa.

Saya buntu. Butuh ide yang baru. Saya kembali menatap layar komputer lekat-lekat. Apa yang salah yaa ? Saya sudah memasukkan kata kunci yang benar di mbah google, si mesin pencari, terkait dengan bit idea saya untuk essay ini. Tapi kenapa saya masih belum menemukan apa-apa.

Yasudahlah. Saya sudahi dulu semua pekerjaan saya ini. Tak ada gunanya. Sia-sia. Tak menghasilkan apa-apa.

Saya berniat untuk siap-siap pergi dari tempat ini. Melarikan diri dari tugas yang menanti. Bagaimana tugas saya besok, biarkan Tuhan dan dosen saya yang mengeksekusi sendiri.

Kemudian saya mengalihkan pandangan saya.Adabapak tua yang masuk warnet dan berjalan tergopoh-gopoh dengan bawaannya yang berat, ransel dan payung warna cokelat. Umurnya sekitar 60 an. Rambut yang memutih, kulit yang mengkerut berkeriput, dan badan yang sedikit membungkuk menjadi ciri khas bapak ini.

Si bapak berjalan ke arah komputer di depan saya. Dia duduk tenang, menatap layar.

Saya penasaran apa yang dilakukan bapak setua beliau di tempat seperti ini. Beliau membuka microsoft word , kemudian mencolokkan flashdisk pada CPU. Wah, hebat juga ternyata, sudah setua itu sudah tahu dan lancar menggunakan flashdisk, pikir saya.

Saya terus penasaran dengan apa yang dilakukan bapak itu. Penampilannya yang lemah, ciri khas orangtua adalah alasan utama saya untuk terus memperhatikan beliau. Hari sudah malam, harusnyakanbapak itu istirahat saja di rumah, bersengkarama dengan istri dan anaknya.

Kemudian Bapak itu mengeluarkan kacamatanya. Dan menuliskan sesuatu di microsoft word yang telah dibuka. Wowowo, saya terkesiap, beliau sedang mengerjakan laporan. Saya tak tahu laporan apa. Saya berusaha melirik lebih jelas apa yang sedang dikerjakan bapak itu. Tak terbaca. Hanya kata LAPORAN yang terbaca. Jumlah halamannya cukup banyak, saya sempat memperhatikan. Dengan tatapan serius dan bersemangat, beliau mengetik. Tapi tetap saja gerakannya lamban. Dan beliau mengerjakannya dengan tenang.

Saya tertegun. Bapak setua itu masih bersemangat untuk menyelesaikan tugasnya. Di saat umur beliau yang harusnya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga. Saya tertohok. Begitu pentingnyakah arti pendidikan bagi beliau ? Sudah setua itu masih mementingkan tugas dan masih semangat belajar, bagaimana dengan saya yang masih muda dan ingin melarikan diri dari tugas dengan tidak mengerjakannya. Saya speechless. Pikiran saya berkecamuk. Antara kagum, menyesal, semangat, terpana, dan lain-lain merasuki pikiran saya. Jlep.

Bloop dan Endorse. Bloop bloop bloop. Cahaya dalam otak saya menyala. Tring tring tringBloopendorse. AHA, yihaaaa, gotchaaa, eurekaaa. Saya berteriak dalam hati. Saya bersorak dalam hati. Saya menari-nari dalam hati.

Saya sudah menemukan ide tentang essay saya. Saya sudah menemukan kata kuncinya. BLOOPENDORSE. Itulah ide saya. BLOOPENDORSE. Saya akan menganalisis tentang distro yang terkenal di Jakarta, Bloop Endorse.

Terimakasih bapak tua. Terimakasih atas pencerahan yang diberikan pada saya. Terimakasih telah menyentak hati saya dan memaksa pikiran saya untuk mengeluarkan ide yang dari tadi buntu untuk dikeluarkan. Sekali lagi, bahasa hati mencairkan  logika pemikiran saya. Alhamdulillah

Just follow and listen to your heart, when its hard & hurt -my self-

 


This is me .^^.

HALO , ini Ririn. Mahasiswa Psikologi UI 2009. Asal GORONTALO. Senang menulis, berkhayal, tertawa, menertawakan kekonyolan, bergadang, makan, tidur. Kisah-kisahku, keluarga, teman-teman, guru, dosen, hewan-hewan, orang tak dikenal dan makhluk tak dikenal sekaligus ada disini. Ada yang konyol bikin tolol, ada yang seru bikin terharu, ada yang sedih bikin perih,ada yang gembira bikin ceria, tapi tetep inspiratif dan bermakna. So, Enjoy it .^^.

Kalender

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Categories

Blog Stats

  • 16,611 visitors