Posts Tagged ‘diam’
Diam & Berkompromi
Posted 21 November 2011
on:Boleh gak aku mencaci ? Terutama mencaci kamu. Tapi abis itu aku minta maap kok. Gak kayak kamu, pergi begitu aja, setelah menyalahkanku, setelah mengintimidasi aku.
Boleh gak aku memaki ? Memaki kamu. Sekali ini saja. Boleh yahh ? Habisnya aku kesal. Kesal dalam kekesalan. Kesal yang bertumpuk-tumpuk. Sudah di ubun-ubun. Menunggu untuk dimuntahkan.
Boleh gak aku marah ? Marah sama kamu. Aku kan jarang marah. Sekali-sekali boleh kan ? Amarah ini sudah terlalu lama ditekan.
Tapi ternyata aku memang gak boleh. Aku memang gak bisa. Aku malah membiarkan kamu pergi dan memilih menekan kembali perasaan kesal, amarah, dan benci ini. Seperti biasa, aku malah memilih untuk menghela nafas dan sekali lagi membiarkanmu. Yasudahlah, kamu kan memang begitu. Aku mengerti kok.
Sekali lagi, aku harus BERKOMPROMI. KOMPROMI. Setidaknya aku lebih unggul dalam hal ini. Semoga kamu menyadari.
diam ini punya arti
Posted with WordPress for BlackBerry.
DIAM
Posted 10 August 2011
on:Tadi malam kita bertengkar. Malam ini kita pasti bertengkar lagi. Dan besoknya pasti bertengkar seperti ini.
Sebenarnya aku tak tahu pasti apa yang membuat kita berselisih paham. Lagi-lagi masalah itu, lagi-lagi masalah ini. Ini dan itu yang tak pernah bisa kupahami. Kamu yang begini, aku yang begitu, tak pernah ada titik temu.
Apakah aku yang tak pernah bisa mengerti kamu ataukah kamu yang tak bisa memahamiku. Mana ku tahu. Padahal sudah dua tahun kita bersama, meski jarang bertemu.
Kalau sudah begini dan begitu, buntu, kita pasti hanya membisu. Bisuku yang kau namai semu, dan bisumu yang kunamai beku.
Kalau sudah begini dan begitu, maumu dan mauku tak lagi bersatu, kita pasti membatu. Hening menguap di ujung itu.
Bisu dan batu yang kita namai itu sesungguhnya hanya diam yang menentu. Diam yang satu. Diamku dan diammu yang bertemu rindu dan melagu.
Setelah semua begini dan begitu, biarkan diam kita yang bicara. Biarkan diam kita yang menghapus lara, meredam bara. Biarkan diam kita selesaikan semuanya.
Dan pada akhirnya, semua begini dan begitu menghilang ditelan diam, menyesap ke dalam ruang-ruang hampa. Kemudian, semua seperti biasa. Kita dan bersama.
PS : buat diammu yang selalu sejukkanku dan diamku yang selalu hangatkanmu.